Minggu, 05 April 2009

nasihat masih mauud

NASIHAT BERKENAAN DENGAN TAKWA

Untuk kebaikan Jemaatku, hal yang sangat penting adalah agar di berikan nasihat berkenaan dengan takwa. Sebab menurut orang yang berakal hal ini adalah nyata bahwa Allah Ta’ala tidak akan ridho/ senang terhadap suatu apapun selain dari pada takwa. Allah Ta’ala berfirman:

Innalloha maallazynat-taqauw walazyna hum-muhsinuwn—[Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-oarang yang yang berbuat kebajikan] (An-Nahl:129)

Bagi Jemaat Ahmadiyah Secara Khusus Diperlukan Takwa

Bagi Jemaat kita secara Khusus diperlukan takwa. Khususnya dengan anggapan bahwa ia telah menjalin hubungan dengan seorang yang telah menyatakan diri sebagai rasul serta masuk didalam ikatan baiatnya, supaya mereka orang-orang yang sebelumnya tenggelam di dalam kedengkian, kebencian dan kemusyrikan atau yang benar-benar telah berkiblat kepada dunia, berhasil memperoleh keselamatan dari segala musibah itu.

Saudara-saudara mengetahui bahwa jika ada orang yang sakit – tidak peduli apakah sakit ringan atau berat – lalu penyakit itu tidak di obati serta tidak di lakukan usaha gigih untuk menyembuhkannya, maka orang yang sakit itu tidak akan sembuh.

Jika sebuah noda hitam timbul di wajah, maka timbul kerisauan, jangan-jangan noda iti semakin berkembang sehingga membuat seluruh wajah menjadi hitam. Demikianlah halnya bahwa dosa merupakan sebuah noda hitam di dalam hati. Kemalasan-kemalasan kecil (kecendrungan untuk bersenang-senang) dapat berkembang menjadi besar. Hal-hal kecil seperti itulah merupakan noda yang berkembang sehingga akhirnya ia menghitamkan sebuah wajah.

Allah Ta’ala Mahapengasih dan Maha penyayang. Demikian pula ia Mahaperkasa dalam menampakkan murka-Nya serta mengadakan pembalasan. Dia melihat sebuah Jemaat di dalam pengakuan dan omong-kosong mereka terdapat segala sesuatu, sedangkan amalan mereka tidak demikian, maka amarah dan murka-Nya akan meluap. Lalu untuk menghukum Jemaat seperti itu Dia mengajukan orang-orang kafir.

Orang-orang yang tahu sejarah mengetahui bahwa beberapa kali orang islam di kalahkan oleh orang-orang kafir. Misalnya, Jhengis khan dan Halako khan telah membinasakan oran-orang islam. Padahal Allah Ta’ala telah menjadikan dukungan dan pertolongan bagi orang-orang islam, namun tetap saja orang-orang islam kalah. Peristiwa-pristiwa seperti itu kadang –kadang terjadi. Penyebabnya adalah, tatkala Allah taala melihat bahwa memang mereka menyebutkan ‘Laa ilaha illallah’ namun hati merka berpaling ke tempat lain serta tidak tunduk mereka benar-benar mengarah kepada keduniawian, maka murka-Nya akan menampakkan diri. (Pidato pertama Hz. Masih Mauud as. pd Jalsah Salanah 25 Des.1897 / Malfuzaat jld.1, h.10-11)

-------oo0oo-------

LETAK RASA TAKUT TERHADAP ALLAH

Rasa takut kepada Allah terletak di dalam hal berikut ini, yaitu supaya manusia melihat sejauh mana kesesuaian antara ucapan dan perbuatannya. Maka pahamilah bahwa dia akan menjadi sasaran murka Tuhan. Hati yang tidak suci, betapapun sucinya kata-kata yang ia ucapkan, di pandangan Tuhan hati tersebut tidak mempunyai nilai apa-apa. Bahkan karenanya kemurkaan tuhan akan bergejolak.

Jadi, Jemaatku harus memahami bahwa mereka telah datang kepadaku, untuk di taburi benih. Yangmana mereka akan mejadi pohon-pohon yang berbuah. Nah, setiap orang harus menelaah dirinya sendiri, bagaimana di dalam keadan diriya. Dan bagaimana keadaan batinnya. Seandainya Jemaat kitapun seperti itu – semoga tuhan tidak menjadikannya demikian – yakni di lidahnya lain dan didalam hatinya ternyata lain lagi., maka kita akan berakhir dengan tidak baik.

Kalau Allah Ta’ala melihat bahwa suatu Jemaat yang hatinya kosong mengeluarkan pernyataan-pernyataan di lidahnya, maka Dia itu Mahacukup dan tidak akan memperdulikannya. Sudah turun khabar ghaib tentang kemenangan di medan Badar. Berbagai harapan untuk menangpun ada. Namun walau demikian Yang Mulia Rasulullah saw. tetap berdoa sambil menangis-nangis. Hz. Abu Bakar Siddiq ra. Mengatakan bahwa janji kemenangan sudah ada, maka untuk apa memohon dengan merintih sendu. Yang Mulia Rasulullah saw. menjawab bahwa Zat (Allah) itu Mahacukup, yakni mungkin saja terdapat syarat-syarat yang terselubung di dalam janji Ilahi tersebut. (Pidato pertama Hz. Masih Mauud as.pd Jalsah Salanah 25 Des. 1897 / Malfuzaat jld.1 h.11)

-------oo0oo-------

TANDA-TANDA ORANG YANG MUTAKI

Jadi, hendaknya harus senantiasa di lihat sampai di manakah kita telah meraih kemajuan dalam hal ketakwaan dan kesucian. Standarnya adalah Al-Qur’an. Dari sekian tanda-tanda orang mutaki, Allah Taala ada juga menetapkan sebuah tanda, yaitu Allah Ta’ala membebaskan orang yang mutaki itu dari dunia kemakruhan [hal-hal yang tidak di sukai-Nya -pent.] lalu memberikan kecukupan pada orang itu untuk pekerjaan-pekerjaannya. Sebagaimana ia berfirman:

Wamayyattaqilloha yaj-allahu makhrajan, wayarzuqhu min haysu laa yahtasib – [Dan barang siapa bertakwa kepada Allah, Dia akan membuat baginya suatu jalan keluar.Dan, Dia akan memberikan rezeki kepadanya dari mana tidak pernah ia menyangka] (Ath-Thalaq: 3-4)

Orang yang takut kepada Allah Ta’ala, dalam setiap musibah Allah Ta’ala akan membukakan jalan keikhlasan untuknya, dan ia akan menciptakan sarana-sarana penghasilan/ nafkah bagi orang itu yang tidak pernah terbayangkan olehnya. Yakni, inipun merupakan sebuah tanda orang yang mutaki, bahwa Allah Ta’ala tidak menjadikan orang mutaki itu butuh akan keperluan-keperluan yang tidak bermamfaat.

Misalnya seorang tukang kedai beranggapan bahwa tampa berkata dusta maka pekerjaannya tidak akan jalan, oleh karena itulah dia tidak berhenti dari berkata dusta. Dan untuk berdusta ia menzahirkan alasan-alasan keterpaksaan. Akan tetapi hal itu sama-sekali tidak benar. Allah Ta’ala sendiri yang menjadi Pelindung bagi orang mutaki, dan ia menghindarkan-nya dari kndisi yang seperti itu.

Orang-orang yang menciptakan suasana keterpaksaan atas dasar hal-hal yang bertentangan dengan kebenaran, ingatlah, kalau seseorang telah meninggalkan Allah Ta’ala, maka Allah Ta’ala meninggalkannya. Kalau sang Mahapengasih telah meninggalkan seseorang, maka pasti syetan akan menjalin hubungan dengannya.

Janganlah beranggapan bahwa Allah itu lemah. Dia memiliki kekuatan yang sangat besar. Kalau kalian bertawakal atau bertumpu pada-Nya mengenai suatu hal, maka pasti Dia akan menolong kalian.

Wamay-yatawakkal alallahi fahuwahasbuhuu -- [Dan barang siapa bertawakal kepada Allah, niscaya Dia memadai baginya] (Ath-Thalaq:4)

Akan tetapi orang-orang yang pertama kali di tuju oleh ayat-ayat ini adalah orang-orang yang beragama. Seluruh perhatian (pemikiran) mereka hanyalah untuk hal-hal keagamaan, sedangkan masalah duniawi mereka serahkan kepada Tuhan. Itulah sebabnya Allah swt. Menentramkan mereka bahwa “aku bersama kalian”. Ringkasnya salah satu dari berkat-berkat ketakwaan adalah bahwa Allah Ta’ala telah menganugrahkan keikhlasan kepada orang mutaki terhadap musibah-musibah yang merupakan penghalang bagi hal-hal keagamaan.

Allah Ta’ala Secara Khusus memberikan Rizki Kepada Orang Muttaki

Demikian pula hanya Allah Ta’ala secara khusus memberikan rezeki kepada orang mutaki. Di sini saya akan menyinggung masalah rezeki-rezeki makrifat (ilmu)

Rasulullah saw. Memperoleh Rezeki Rohaniah (Makrifat-makrifat) Sedemikian Rupa Sehingga Beliau Unggul atas semuanya

Walaupun yang mulia Rasulullah saw. seorang ummi (buta hurup), beliau harus melawan seluruh alam, dimana di dalam terdapat ahlikitab, filosof, orang-orang yang mempunyai selera ilmiah tinggi serta para cerdik-pandai. Akan tetapi beliau saw.telah memperoleh rezeki rohani sedemikian rupa sehingga beliau unggul atas semuanya dan telah membuktikan kesalahan-kesalahan mereka. Itulah rezeki rohani yang tidak ada bandingannya. Mengenai orang mutaki, di tempat lain pun ada dikatakan:

Inawliyaaa’uhuu illal-muttaquwn -- [Wali-walinya yang sebenarnya adalah orang-orang yang bertakwa] (Al-Anfaal:35).

Wali Allah Ta’ala itu adalah orang-orang yang mutaki, yakni sahabat Allah Ta’ala. Jadi betapa hebatnya nikmat ini bahwa dengan kesusahan yang sedikit saja pun dapat di katakan sebagai orang yang memperoleh kedekatan dengan Tuhan.

Zaman sekarang ini betapa pengecutnya. Kalau ada penguasa atau pejabat yang mengatakan kepada seseorang, “Engkau adalah sahabatku,” atau memberikan kursi kepadanya serta menghormatinya, maka orang itu akan bangga dan menyombongkan diri kemana-mana. Akan tetapi betapa mulianya derajat orang yang telah dikatakan sebagai wali atau sahabat oleh Allah Ta’ala. Allah Ta’ala telah berjanji melalui lidah rasul mulia saw.—sebagaimana tercantum di dalam sebuah Hadits Bukhari: Laa yazaalu yataqarrabu abdiy bin-nawaafili hattauhibbahuu faizaa ahbabtuhuu kuntu samahullazy yasma-u bihii wayadahullaty yabtisyu bihaa warijlahullaty yamsyi bihaawala’in sa’alaniy la’a’taytuhuu wala’in ista’azany la’uiyzannahuu

Yakni, Allah Ta’ala berfirman bahwa, “sahabatku menciptakan kedekatan terhadap-Ku melalui nafal-nafal....”

(pidato Pertama Hz.Masih Mauud as. pd Jalsah Salanah 25 Des.1897 / Malfuzaat jld.1, h.12-13)

-------oo0oo-------

DUA BAGIAN KEBAIKAN KEBAIKAN MANUSIA

Kebaikan-kebaikan yang di lakukan oleh manusia terdiri dari dua bagian. Yang pertama adalah fardu-fardu dan kedua adalah nafal-nafal. Fardu-fardu adalah yang telah di wajibkan atas manusia. Misalnya melunasi utang atau membalas kebaikan dengan kebaikan. Selain fardu-fardu tersebut bersamaan dengan semua kebaikan itu terdapat nafal-nafal. Ini merupakan penggenap dan penyempurna fardu-fardu.

Di dalam dadits tersebut di terangkan bahwa penyempurna fardu-fardu diniyyah (keagamaan) para waliullah melalui nafal-nafal. Misalnya, selain dari pada zakat mereka memberikan sedekah-sedekah. Allah Ta’ala akan menjadi sahabat orang-orang demikian. Allah Ta’ala berfirman bahwa persahabatan dengannya adalah sedemikian rupa sehingga, “Aku merupakan tangannya, kakinya dan sebagainya. Sampai-sampai Aku menjadi lidah yang dengannya ia berbicara “. (Pidato Pertama Hz. Masih Mauud as. pd Jalsah Salanah 25 Des. 1897 / Malfuzaat jld.1 h.13-14)

-------oo0oo-------

Tidak ada komentar:

Posting Komentar